Tangan ku bergetar, seiring dengan keluar nya cahaya putih pada kedua tanganku. Lelaki itu bilang bahwa ini adalah kekuatan tangan tuhan. Apakah itu benar?
“Aku tidak akan membiarkan kau menggunakan kekuatan itu?” Ucap lelaki itu sambil membuka buku nya lagi. Dia membaca sebuah mantra dan iblis yang ada dihadapan ku terlihat semakin besar ukurannya dan semakin negatif auranya. Tiba-tiba iblis itu melesat cepat kehadapanku dan berusaha menyerangku dengan cakarnya.
Kedua tanganku dengan refleknya menahan serangan iblis itu. Entah mengapa tanganku ini seperti bergerak sendiri dan tak terlihat sedikit pun luka akibat menahan serangan iblis tadi. Ketika menahan serangan tersebut, tanganku membalikan serangan iblis itu dengan cara menggenggam cakarnya lalu mematahkan semua cakarnya.
“Apakah benar ini kekuatanku? Pantas saja lelaki itu seperti ketakutan ketika aku menggunakannya. Baiklah, kalau kekuatan ini bisa menyelamatkan teman-temanku dan juga sekolah ku, maka akan aku gunakan kekuatan ini untuk mengalahkan makhluk itu.” Pikirku sembari mengepalkan kedua tanganku.
“Berani sekali kau membuat anak buahku menjadi terluka, akan kubalas perbuatanmu itu.” Tegas lelaki itu.
Dia pun membuka buku nya lagi dan membaca mantra. Iblis itu pun mendapatkan kembali cakarnya dan langsung menyerangku dengan cepat.
“Aku tak akan membiarkan kalian mengganggu teman-temanku dan menghancurkan sekolahku!!” Teriak ku.
Kedua tangan ku begitu ringan digerakan, demikian pula tubuhku. Aku menghindari setiap serangan iblis itu.
“Rasakan ini!!!” Ucapku sembari memegang kedua tanduk iblis itu.
Aku mematahkan kedua tanduk iblis itu dengan mudah dan iblis itu pun lenyap menjadi abu.
“TIDAK MUNGKIN!!!” Ucap lelaki itu tak percaya.
“Sekarang aku hanya tinggal menghabisi si pria bodoh itu.” Pikirku sembari bersiap-siap menyerangnya.
Aku bergerak ke arahnya begitu cepat, tanpa dia sadar aku sudah berada didepannya. Lalu aku memukulnya di bagian perut dengan kekuatanku. Dia pun terpental ke arah tumpukan kardus. Aku menghampirinya lalu mengambil buku itu dan membakarnya. Tangan ku ternyata bisa mengeluarkan api. Aku melihat ke arah lelaki itu, aku buka cudung nya, ternyata pria itu mempunyai tanduk juga di kepalanya.
Lalu aku pun mematahkan tanduknya dan seketika ia berubah menjadi abu.
“Bagaiman dengan pentagramnya? Apa yang harus aku lakukan?” Pikirku.
“Kau taruh saja kedua tanganmu di dalam pentagram tersebut, dan ucapkan mantra ini. ‘Hilanglah wahai kejahatan, tak akan ada yang menang melawan keadilan‘.” Ucap seorang yang tak dikenal.
Ini seperti suara yang pernah aku dengan. Suara ini telah menuntunku untuk membangkitkan kekuatan ini. Aku akan mencobanya.
Aku menghampiri pentagram itu, lalu menaruh kedua tanganku yang masih mengeluarkan cahaya putih di tengah pentagram. Lalu aku mengikuti apa yang suara itu perintahkan kepada ku.
“Baik, ini dia. Hilanglah wahai kejahatan, tak akan ada yang menang melawan keadilan!” Ucapku mengucapkan mantra.
Sesaat setelah aku membaca mantra itu, pentagram itu hilang. Dan aku berhasil menyelamatkan sekolahku. Aku pun tak merasakan adanya aura negatif di gudang ini. Tanganku kembali seperti normal.
“Oh iya, teman-temanku mungkin sekarang menungguku di dekat pohon.” Ujarku.
Aku meninggalkan gudang itu dan pergi menemui teman-temanku.
Dari kejauhan, aku melihat teman-teman ku. Mereka semua sepertinya sedang bingung. Dan aku melihat 1 orang yang tergeletak disitu. Dan ternyata itu adalah Sasha.
“Den, kita nemuin Sasha di tengah lorong sekolah, kita ngga tau kenapa dia ada di situ. Tapi dia udah udah ngga sadar saat kita temuin.” Ucap Chika dengan nada panik.
“Gimana nih, Den? Kita ngga tau harus ngapain. Kita udah kasih minyak kayu putih, tetap aja belum sadar juga.” Tambah Arya.
“Sebenarnya gw juga ngga tau harus ngapain, tapi mungkin gw bisa pake kekuatan gw buat bangunin Sasha, karena gw merasa ada energi negatif didalem tubuhnya.” Ucapku.
“Ucapkan mantra pada temanmu seperti mantra saat kamu menghilangkan pentagram yg ada digudang sekolah.”
“Ini suara siapa sih? gw penasaran. Tapi alangkah baiknya gw coba dulu.” Pikirku dalam hati.
Lalu akupun melakukan hal yang sama ketika aku menghilangkan pentagram yang ada di gudang kepada Sasha. Setelah itu, Sasha pun sadar kembali. Kami merasa senang karena tidak terjadi apa-apa pada Sasha.
“Akhirnya lu sadar juga, sha. Lu bisa ceritain ngga kenapa lu bisa ada di lorong sekolah?” Ucap Marco.
“Aku ngga tau, pas aku lagi sama kalian di gudang, aku kayak ada yang narik gitu kebelakang. Dan tiba-tiba aku jadi ngga sadar. Ehh aku sekarang ada disini.” Ucap Sasha dengan lemas.
“Hmmm yaudah, mungkin lu juga lagi shock. Ayo kita anter Sasha pulang, udah jam 5 sore ini.” Ucapku.
“Den, koo baju lu sobek-sobek? Lu abis berantem?” Tanya Arya.
“Besok gw ceritain semuanya, nanti kita kumpul lagi disini, oke?” Ucapku.
Teman-temanku mengiyakan saranku dan mengantar Sasha pulang ke rumahnya.
*
“Sial, bocah itu telah membangkitkan kekuatang tangan sialan itu. Tidak bisa dibiarkan. Aku harus cepat memusnahkan bocah itu. Kalau tidak, maka rusaklah rencana ku untuk menghancurkan umat manusia.” -Iblis
One thought on “God Hand : The Hunter (Phase 4)”